1.
Kehidupan masa
prasejarah dengan hasil kebudayaannya !
Jawab :
1.FOOD GATHERING (Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan)
Ciri zaman ini adalah :
• Mata pencaharian berburu dan mengumpulkan makanan
• Nomaden, yaitu hidup berpindah-pindah dan belum menetap
• Tempat tinggalnya di gua-gua
• Alat-alat yang digunakan terbuat
dari batu kali yang masih kasar, tulang dan tanduk rusa
• Zaman ini hampir bersamaan dengan
zaman batu tua (Palaeolithikum) dan zaman batu tengah (Mesolithikum).
2. FOOD PRODUCING (Masa Bercocok Tanam)
Ciri zaman ini adalah :
• Telah mulai menetap
• Pandai membuat rumah sebagi tempat tinggal
• Cara menghasilkan makanan dengan bercocok tanam atau berhuma
• Mulai terbentuk kelompok-kelompok masyarakat
• Alat-alat terbuat dari kayu, tanduk, tulang, bambu , tanah liat dan batu
• Alat-alatnya sudah diupam/diasah
• Telah mulai menetap
• Pandai membuat rumah sebagi tempat tinggal
• Cara menghasilkan makanan dengan bercocok tanam atau berhuma
• Mulai terbentuk kelompok-kelompok masyarakat
• Alat-alat terbuat dari kayu, tanduk, tulang, bambu , tanah liat dan batu
• Alat-alatnya sudah diupam/diasah
Zaman bercocok tanam ini bersamaan dengan zaman Neolithikum (zaman batu
muda) dan zaman Megalithikum (zaman batu besar).
3.ZAMAN PERUNDAGIAN
Ciri zaman
ini adalah :
• Manusia telah pandai membuat
alat-alat dari logam dengan keterampilan dan keahlian khusus.
• Teknik pembuatan benda dari logam
disebut a cire perdue yaitu, dibuat model cetakannya dulu dari lilin yang ditutup
dengan tanah liat kemudian dipanaskan sehingga lilinya mencair, setelah itu
dituangkan logamnya.
• Tingkat perekonomian masyarakat telah mencapai kemakmuran.
• Sudah mengenal bersawah.
• Alat-alat yang dihasilkan : kapak
corong, nekara, pisau, tajak dan alat pertanian dari logam.
• Telah mencapai taraf perkembangan sosial ekonomi yang mantap.
Baca Juga :Sejarah Bangsa Nisnas, Bangsa Penghuni Bumi Sebelum Manusia
Pembabakan Zaman
Prasejarah
Arkaezoikum
Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun pada
saat itu kulit bumi masih panas, sehingga tidak terdapat kehidupan, disebut
juga masa tanpa kehidupan.
Paleozoikum
Paleozoikum atau sering juga disebut sebagai zaman primer atau zaman hidup
tua berlangsung selama 340 juta tahun. Mahluk hidup yang muncul pada zaman ini
seperti mikroorganisme, ikan, amphibi, reptil, dan binatang yang tidak
bertulang punggung.
Mesozoikum
Mesozoikum atau disebut juga sebagai zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan berlangsung selama kira-kira 140 juta tahun, antara 251 hingga 65 juta tahun yang lalu. Pada zaman pertengahan ini reptil besar berkembang dan menyebar ke seluruh dunia sehingga pada zaman ini sering juga disebut sebagai zaman reptil.
Mesozoikum atau disebut juga sebagai zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan berlangsung selama kira-kira 140 juta tahun, antara 251 hingga 65 juta tahun yang lalu. Pada zaman pertengahan ini reptil besar berkembang dan menyebar ke seluruh dunia sehingga pada zaman ini sering juga disebut sebagai zaman reptil.
Neozoikum
Neozoikum atau zaman kehidupan baru, dibagi menjadi dua zaman, yaitu zaman
tersier dan zaman kuartier. Zaman tersier berlangsung sekitar 60 juta tahun dan
ditandai dengan berkembangnya jenis binatang menyusui.
Zaman kuartier ditandai dengan munculnya manusia, sehingga merupakan zaman
terpenting. Zaman kuartier kemudian dibagi lagi menjadi dua zaman yaitu zaman
Pleitosen dan zaman Holosin.
Zaman leitosen ditandai dengan adanya manusia purba. Zaman pleitosen
berakhir 10.000 tahun sebelum masehi dan kemudian diikuti oleh datangnya zaman
holosin yang berlangsung hingga sekarang ini.
Baca Juga : Pengertian Seni Rupa dan Macam macamnya
Baca Juga : Pengertian Seni Rupa dan Macam macamnya
Hasil Budaya Kehidupan Awal Manusia Di
Indonesia
1. Zaman Batu
Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat
kehidupan manusia terbuat dari batu, meskipun ada juga alat-alat tertentu yang
terbuat dari kayu dan tulang. Tetapi, pada zaman ini secara dominan alat-alat
yang digunakan terbuat dari batu.
Zaman ini
terbagi menjadi 4 zaman yaitu :
1.
Palaeolithikum (Zaman Batu Tua)
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari
batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Apabila dilihat dari sudut mata
pencariannya, periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat
sederhana. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo Erectus.
Alat-alat
dari tulang dan Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kegunaan alat-alat
ini umumnya untuk : berburu, menangkap ikan, ubi dan buah-buahan.
Contoh alat-alat tersebut adalah :
• Kapak Genggam,
banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "Chopper" (alat penetak/pemotong)
• Alat-alat dari
tulang binatang atau tanduk rusa : alat penusuk (belati), ujung tombak
bergerigi
• Flakes, yaitu
alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk
mengupas makanan.
Alat-alat
dari tulang dan Flakes, termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kegunaan alat-alat
ini pada umumnya untuk : berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan
buah-buahan. Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan paleolithikum
tersebut dapat dikelompokan menjadi kebudayaan Pacitan dan Ngandong.
Manusia pendukung kebudayaan dari :
• Pacitan : Pithecanthropus dan
• Ngandong : Homo Wajakensis
dan Homo soloensis.
2. Mesolithikum
(Zaman Batu Tengah)
Rentang
waktunya juga tidak jelas diperkirakan 10.000 tahun yang lalu. Wujud dan ciri
peninggalannya berupa benda-benda terbuat dari tulang, kerang, dan tanduk,
serta lukisan pada dinding batu dan gua yang banyak terdapat pada Indonesia
Timur (gambar 3.2 ).
Manusia
zaman ini sudah mulai bercocok tanam dan memelihara ternak. Mereka hidup
berkelompok, menggunkan panah untuk berburu dan membuat manik-manik serta
gerabah. Selain itu mereka juga membuat lukisan pada dinding gua-gua berupa
bentuk tangan, kaki, serta binatang seperti kadal ( gambar 3.2 ), kura-kura,
burung, dan benda-benda langit berupa matahari, bulan, serta perahu.
Ciri zaman Mesolithikum :
• Alat-alat pada
zaman ini hampir sama dengan zaman Palaeolithikum.
• Ditemukannya
bukit-bukit kerang dipinggir pantai yang disebut "kjoken modinger"
(sampah dapur) Kjoken = dapur, moding = sampah)
Alat-alat zaman Mesolithikum :
• Kapak genggam
(peble)
• Kapak pendek
(hache Courte)
• Pipisan
(batu-batu penggiling)
• Kapak-kapak
tersebut terbuat dari batu kali yang dibelah
Alat-alat di atas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi dan Flores. Alat-alat Kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di
gua-gua yang disebut "Abris Sous Roche”.
Adapun alat-alat tersebut adalah :
• Flaces (alat
serpih) , yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu dan berguna untuk
mengupas makanan.
• Ujung mata
panah,
• batu
penggilingan (pipisan),
• kapak,
• alat-alat dari
tulang dan tanduk rusa,
Alat-alat ini ditemukan di gua lawa Sampung Jawa Timur (Istilahnya :
Sampung Bone Culture = kebudayaan Sampung terbuat dari Tulang).
Tiga bagian penting
Kebudayaan Mesolithikum,yaitu :
• Peble-Culture
(alat kebudayaan Kapak genggam) didapatkan di Kjokken Modinger
• Bone-Culture
(alat kebudayaan dari Tulang)
• Flakes Culture
(kebudayaan alat serpih) didapatkan di Abris sous Roche
Manusia Pendukung Kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua –Melanosoid
3. Neolithikum
(Zaman Batu Muda)
Diperkirakan
rentang waktunya mulai dari 2500 S.M – 1000 S.M.
Peninggalan
zaman ini di Indonesia diperkirakan banyak diperngaruhi oleh imigran dari Asia
Tenggara berupa pengetahuan tentang kelautan, pertanian, dan perternakan berupa
Kerbau, Babi, dan Anjing.
Alat-alat
berupa gerabah, alat pembuat pakaian kulit kayu, tenun, tekhnik pembentukkan
kayu dan batu dalam bentuk mata panah, lumpang, beliung
( gambar 3.3 ), hiasan kerang, gigi binatang, dan manik-manik.
( gambar 3.3 ), hiasan kerang, gigi binatang, dan manik-manik.
Seiring
dengan berkembangnya keterampilan dan kemampuan bercocok tanam yang dibantu
oleh kerbau untuk membajak tanah, kerbau juga dijadikan sebagai binatang
simbolik tentang kekuatan dan kekuasaan.
Pada zaman
ini alat-alat terbuat dari batu yang sudah dihaluskan.
Contoh alat tersebut :
• Kapak Persegi,
misalnya : Beliung, Pacul dan Torah untuk mengerjakan kayu. Ditemukan di
Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan
• Kapak Bahu, sama
seperti kapak persegi ,hanya di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi
leher. Hanya di temukan di Minahasa
• Kapak Lonjong, banyak
ditemukan di Irian, Seram, Gorong, Tanimbar, Leti, Minahasa dan Serawak
• Perhiasan ( gelang dan
kalung dari batu indah), ditemukan di jAwa
• Pakaian (dari kulit
kayu)
• Tembikar (periuk
belanga), ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Melolo(Sumba)
Manusia
pendukung Kebudayaan Neolithikum adalah bangsa Austronesia (Austria) dan
Austro-Asia (Khmer – Indochina)
4. Megalithikum (Zaman Batu Besar )
Pada zaman
ini peninggalan yang menonjol adalah bentuk-bentuk menhir atau tugu peringatan,
tempat duduk dari batu, altar, bangunan berundag, peti kubur atau sarkopagus,
bentuk-bentuk manusia, binatang yang dipahat pada batu-batu dengan ukuran besar
( gambar 3.4).
Peninggalan
ini banyak terdapat di Sulawesi Tengah. bangunan berundak memiliki hubungan
kepercayaan kepada leluhur dan kepada yang suci, bahwa bagian yang lebih tinggi
adalah tempat suci yaitu gunung.
Oleh sebab
itu bangunan suci, tempat pemujaan leluhur banyak dibangun pada tempat yang
tinggi. Penerapan konsep ini sampai saat ini digunakan oleh masyarakat Hindu
Dharma di Bali dalam membuat tempat tinggal terutama tempat suci pura.
Hasil kebudayaan zaman Megalithikum
adalah sebagai berikut :
• Menhir , adalah tugu
batu yang didirikan sebagai tempat pemujaan untuk memperingati arwah nenek
moyang
• Dolmen, adalah meja
batu, merupakan tempat sesaji dan pemujaan kepada roh nenek moyang
•
Sarchopagus atau keranda, bentuknya seperti lesung yang mempunyai tutup
•
Kubur batu/peti mati yang terbuat dari batu besar yang masing-masing papan
batunya lepas satu sama lain
• Punden
berundak-undak, bangunan tempat pemujaan yang tersusun bertingkat-tingkat.
1. Zaman Logam
Pada zaman
logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari Logam disamping alat-alat dari
batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat
yang diinginkannya.
Teknik pembuatan alat logam ada dua macam yaitu dengan
cetakkan batu yang disebut Bivalve dan dengan cetakkan tanah
liat dan lilin yang disebut Acire Perdue.
Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam
masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan.
Zaman logam
dibagi atas:
1.
Zaman Tembaga
Orang menggunakan tembaga sebagai alat kebudayaan.
kebudayaan ini hanya dikenal di beberapa bagian dunia saja. Di Asia Tenggara (
termasuk Indonesia ) tidak dikenal istilah zaman tembaga.
2. Zaman Perunggu
2. Zaman Perunggu
Pada zaman ini orang sudah dapat mencampur tembaga dengan
timah dengan perbandingan 3:10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
Hasil
kebudayaan Perunggu yang ditemukan di Indonesia adalah:
·
Kapak Corong ( Kapak perunggu ), banyak ditemukan di Sumatera Selatan,
jawa, Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, dan Irian. Kegunaannya sebagai alat
perkakas
·
Nekara Perunggu ( Moko ), berbentuk seperti dandang. Banyak ditemukan di
daerah Sumatera, Jawa, Bali, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, dan Kepulauan Kei.
Kegunaannya untuk acara keagamaan dan maskawin
·
Bejana Perunggu, bentuknya mirip gitar Spanyol tetapi tanpa tangkai. Hanya
ditemukan di Madura dan Sumatera
·
Arca-arca Perunggu, banyak ditemukan di Bankinang ( Riau ), Lumajang (
Jatim ), dan Bogor ( Jawa Barat ). Perhiasan: Gelang, anting-anting, kalung,
dan cincin.
2. Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat
melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan.
Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun
perunggu, sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500°C.
Alat-alat yang ditemukan adalah :
Alat-alat yang ditemukan adalah :
·
Mata kapak, yang dikaitkan pada tangkai dari kayu, berfungsi untuk membelah
kayu
·
Mata Sabit, digunakan untuk menyabit tumbuh-tumbuhan
·
Mata Pisau
·
Mata Pedang
·
Cangkul, Dll.
2. Bandingkan kehidupan masa berburu,
becocok tanam dan perundagian !
Jawab :
Kehidupan manusia purba pada masa berburu yakni mereka
hidup secara berpindah-pindah (nomaden). Oleh karena itu, masih sangat
menggantungkan hidupnya pada alam. Pada masa bercocok tanam masyarakat pada
masa ini sudah mampu untuk mengolah makanan sendiri artinya masyarakat pada
zaman itu sudah tinggal menetap pada suatu tempat. Dan pada masa perundagian manusia
telah pandai membuat alat-alat dari logam dengan keterampilan dan keahlian
khusus.
Pembabakan zaman pra aksara berdasarkan ciri kehidupan mayarakat zaman
praaksara di Indonesia berdasarkan ciri kehidupan masyarakat, dibagi dalam
empat babak, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana,
masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, masa bercocok tanam, dan
masa perundagian.
1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
Pada masa ini, kehidupan manusia
hanya terpusat pada upaya mempertahankan diri di tengah-tengah alam yang penuh
tantangan, dengan kemampuannya yang masih sangat terbatas. Kegiatan pokoknya
adalah berburu dan mengumpulkan makanan, dengan peralatan dari batu, kayu, dan
tulang. Kehidupan manusia masih sangat tergantung pada alam lingkungan
sekitarnya.
1)
Keadaan
lingkungan
Kepulauan Indonesia terletak di
antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Ada pengaruh iklim dan
pengaruh penyebaran hewan, manusia, dan kebudayaan, sebagai akibat pernah
bergabung- nya Indonesia dengan kedua benua tersebut. Tepi pantai, sungai,
danau, atau tempat-tempat yang banyak air dan bahan makanan merupakan tempat
tinggal manusia purba. Mereka mendapatkan makanan secara langsung dari alam,
tanpa melalui proses, baik dalam mengumpulkan sampai pada cara makan.
2) Keberadaan Manusia
Penelitian khusus tentang fosil manusia purba
(Palaeoanthropologi) di Indonesia, dibagi dalam tiga tahapan, yaitu tahun
1889-1909, tahun 1931-1941, dan tahun 1952-sekarang.
a) Penelitian tahap I pada tahun
1889-1909 dilakukan oleh Dr. Eugene Dubois, yang menduga bahwa manusia purba
hidupnya pasti di daerah tropis. Dubois menemu- kan fosil sepotong tulang kobi
yang bisa menandakan bahwa pemiliknya berjalan tegak, di Trinil dekatNgawi.
Fosil tersebut adalah Pithecanthropus Erectus. Pada masa ini, ditemukan pula
fosil manusia Wajak di daerah Kediri Jawa Timur, dan penemuan manusia purba di
Kedungtrubus. Seluruh temuan Dubois tentang manusia purba di Indonesia adalah
fosil-fosil tengkorak, ruas leher, rahang, gigi, tulang paha, dan tulang
kering.
b) Penelitian tahap II antara
1931-1941 dilakukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koeningswald. Mereka
menemukan tengkorak dan tulang kering Pithecanthropus Soloensis di Ngandong
Kabupaten Blora. Juga tahun 1936 Tjokrohandojo menemukan fosil tengkorak
anak-anak di utara Mojokerto. Antara tahun 1936-1941, Von Koeningswald
menemukan fosil-fosil rahang, gigi, dan tengkorak di Sangiran Surakarta.
c) Penelitian tahap III, sebagian
besar penemuan di Sangiran, yang menemukan bagian-bagian tubuh Pithecanthropus
yang belum pernah ditemukan sebelumnya, seperti tulang muka dan dasar
tengkorak.
3)
Teknologi
Teknologi pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat sederhana, hanya mengutamakan segi praktis sesuai
dengan tujuan penggunaannya saja, namun lama kelamaan ada penyempurnaan bentuk.
Di Indonesia dikenal dua macam
teknik pokok, yaitu teknik pembuatan perkakas batu yang disebut tradisi kapak
perimbas dan tradisi serpih. Pada perkem- bangan berikutnya ditemukan alat-alat
dari tulang dan tanduk. Movius menggolongkan alat-alat dari batu sebagai
perkakas zaman pra aksara, yaitu kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam,
proto kapak genggam, dan kapak genggam.
4)
Kehidupan
sosial
Manusia purba semenjak
Pithecanthropus hingga Homo Sapiens dari Wajak, menggantungkan kehidup- annya
pada kondisi alam. Daerah sekitar tempat tinggalnya harus dapat memberikan
persediaan makanan dan air yang dapat menjamin kelang- sungan hidupnya. Mereka
hidup berkelompok dengan pembagian tugas, bahwa yang laki-laki ikut kelompok
berburu dan yang perempuan mengumpulkan makanan dari tumbuhan dan hewan-hewan
kecil.
Selain itu, mereka juga bekerjasama
dalam rangka menanggulangi serangan binatang buas maupun adanya bencana alam
yang sewaktu-waktu dapat mengusik kehidupan mereka. Alat-alat yang dibuat dari
batu, kayu, tulang, dan tanduk terus-menerus mengalami penyempurnaan bentuk,
sesuai dengan perkembangan alam pikiran mereka.
2.
Masa
Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat lanjut, di Indonesia sudah ada usaha-usaha untuk bertempat
tinggal secara tidak tetap di gua-gua alam, utamanya di gua-gua payung, yang
setiap saat mudah untuk ditinggalkan, jika dianggap sudah tidak memung- kinkan
lagi tinggal di tempat itu.
1)
Keadaan
lingkungan
Api sudah dikenal sejak sebelumnya,
karena sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan hidup, seperti untuk memasak
makanan, sebagai penghangat tubuh, dan untuk menghalau binatang buas pada malam
hari. Terputusnya hubungan kepulauan Indonesia dengan Asia Tenggara pada akhir
masa glasial keempat, terputus pula jalan hewan yang semula bergerak leluasa
menjadi lebih sempit dan terbatas, dan ter- paksa menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru. Tumbuh-tumbuhan yang mula-mula ditanam adalah kacang kacangan,
mentimun, umbi-umbian dan biji- bijian, seperti juwawut, padi, dan sebagainya.
2)
Keberadaan
manusia
Ada dua ras yang mendiami Indonesia
pada permulaan Kala Holosin, yaitu Austromelanesoid dan Mongoloid. Mereka
berburu kerbau, rusa, gajah, dan badak, untuk dimakan. Di bagian barat dan
utara ada sekelompok populasi dengan ciri-ciri terutama Austromelanesoid dengan
hanya sedikit campuran Mongoloid. Sedangkan di Jawa hidup juga kelompok
Austromelanesoid yang lebih sedikit lagi dipengaruhi oleh unsur-unsur
Mongoloid. Lebih ke timur lagi, yaitu di Nusa Tenggara sekarang, terdapat pula
Austromelanesoid.
3)
Teknologi
Ada tiga tradisi pokok pembuatan
alat-alat pada masa Pos Plestosin, yaitu tradisi serpih bilah, tradisi alat
tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera. Persebaran alatnya meliputi Pulau
Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua. Alat tulang
ditemukan di Tonkin Asia Tenggara, sedangkan di Jawa ditemukan di Gua Lawa
Semanding Tuban, di Gua Petpuruh utara Prajekan, dan Sodong Marjan di Besuki.
Kapak genggam Sumatera ditemukan di daerah pesisir Sumatera Utara, yaitu di
Lhok Seumawe, Binjai, dan Tamiang.
4) Masyarakat
Manusia yang hidup pada masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, mendiami gua-gua terbuka atau
gua-gua payung yang dekat dengan sumber air atau sungai sebagai sumber makanan,
berupa ikan, kerang, siput, dan sebagainya. Mereka membuat lukisan- lukisan di
dinding gua, yang menggambarkan kegiatannya, dan juga kepercayaan masyarakat
pada saat itu.
3. Masa Bercocok Tanam
Perubahan dari masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut ke masa bercocok tanam, mema- kan waktu
yang sangat panjang, karena tingkat kesulitan yang tinggi. Pada masa ini sudah
mulai ada usaha bertempat tinggal menetap di suatu perkampungan yang terdiri
atas tempat tinggal-tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok.
Mulai ada kerjasama dan peningkatan unsur kepercayaan yang diharapkan adanya
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ketenteraman hidupnya.
1)
Manusia
Manusia yang hidup pada masa
bercocok tanam di Indonesia Barat mendapat pengaruh besar dari ras Mongoloid,
sedangkan di Indonesia Timur sampai sekarang lebih dipengaruhi oleh komponen
Austro- melanesoid.
2)
Teknologi
Masa bercocok tanam di Indonesia
dimulai kira-kira bersamaan dengan berkembangnya kemahiran mengasah alat dari
batu dan mulai dikenalnya teknologi pembuatan gerabah. Alat yang terbuat dari
batu dan biasa diasah adalah beliung, kapak batu, mata anak panah, mata tombak,
dan sebagainya. Di antara alat batu yang paling terkenal adalah beliung
persegi.
3) Kehidupan masyarakat
Masyarakat mulai meninggalkan
cara-cara berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka sudah menunjukkan
tanda-tanda akan menetap di suatu tempat, dengan kehidupan baru, yaitu mulai
bercocok tanam secara sederhana dan mulai memelihara hewan. Proses perubahan
tata kehidupan yang ditandai dengan perubahan cara memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat, terjadi secara perlahan-lahan, namun
pasti.
Demikian pula dengan tempat
tinggal, dari yang masih sangat sederhana berbentuk bulat dengan atap dan
dinding dari rumbai, perlahan-lahan berubah sedikit demi sedikit kepada bentuk
yang lebih maju dengan daya tampung yang lebih banyak, untuk menampung keluarga
mereka. Gotong-royong merupakan suatu kewajiban yang memang diperlukan untuk
pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan tenaga orang banyak, seperti mendirikan
rumah dan membersihkan saluran air untuk bercocok tanam. Masyarakat merasa
bahwa tanah merupakan kunci dari kehidupan. Oleh karena itu, mereka meningkat-
kan manfaat kegunaan tanah, termasuk penguasaan terhadap binatang-binatang
peliharaan. Yang jelas mereka sudah tidak lagi tergantung pada alam. Mereka
sudah mengadakan perubahan-perubahan dengan menganggap sebagai pemilik atas
unsur- unsur yang mengelilinginya.
4) Pemujaan roh nenek moyang
Pemujaan roh leluhur maupun
kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib menjadi adat kebiasaan masyarakat
saat itu. Kebiasaan semacam itu lazim disebut animisme dan dinamisme. Sudah
mulai ada kepercayaan tentang hidup sesudah mati, bahwa roh seseorang tidak
lenyap pada saat orang meninggal. Upacara pemakaman dilakukan sedemikian rupa
agar roh yang meninggal tidak salah jalan menuju nenek moyang mereka.
Tradisi mendirikan bangunan
megalitik (batu besar) muncul berdasarkan keper-cayaan adanya hubungan antara
yang hidup dengan yang mati. Terutama karena adanya pengaruh yang kuat dari
yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman
4.
Masa perundagian
Pada masa bercocok tanam, manusia
sudah berusaha bertempat tinggal menetap dengan mengatur kehidupan untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka, yaitu menghasilkan bahan makanan sendiri, baik
di bidang pertanian maupun peternakan. Pada masa perundagian, semuanya mengalami kemajuan dan penyempurnaan. Pada masa ini
mulai ditemukan bijih-bijih logam sehingga berbagai peralatan mulai dibuat dari
logam.
Pada perkembangan berikutnya, perlu dibedakan golongan yang
terampil dalam melakukan jenis usaha tertentu, misalnya terampil dalam membuat
rumah kayu, pem- buatan gerabah, pembuatan benda-benda dari logam, perhiasan,
dan lain sebagainya.
1) Penduduk
Manusia
yang bertempat tinggal di Indonesia pada masa ini dapat diketahui dari berbagai
penemuan sisa-sisa rangka dari berbagai tempat, antara lain di Anyer Utara Jawa
Barat, Puger Jawa Timur, Gilimanuk Bali, dan Melolo Sumba Timur. Pada masa
perundagian ini perkampungan sudah lebih besar, karena adanya hamparan
pertanian, dan mereka kemudian mulai mengadakan aktivitas perdagangan.
2) Teknologi
Pada masa perundagian ini, teknologi berkembang sangat pesat,
sebagai akibat adanya penggolongan-penggolongan dalam masyarakat. Dengan beban
pekerjaan tertentu, banyak jenis pekerjaan yang mempunyai disiplin tersendiri
sehingga semakin beraneka ragam perkembangan teknologi yang terjadi pada masa
itu. Termasuk perkembangan perdagangan dan pelayaran. Teknologi yang berkembang
seiring dengan perkembangan kebutuhan, nampaknya menyangkut dan melibatkan
berbagai bidang yang lain. Saat itu juga sedang berkembang teknologi peleburan,
pencampuran, penempaan, dan pencetakan berbagai jenis logam yang dibutuhkan
oleh manusia. Di Indonesia, berdasarkan temuan-temuan arkeologis, penggunaan
logam sudah dimulai beberapa abad sebelum masehi, yaitu penggunaan perunggu dan
besi. Secara berangsur-angsur dan bertahap, penggunaan kapak batu diganti
dengan logam. Namun logam tidak mudah menggeser peranan gerabah yang masih
tetap bertahan karena memang tidak semuanya dapat digantikan dengan logam.
3) Kehidupan sosial budaya
Seni ukir dan seni hias yang diterapkan pada benda- benda
megalitik mengalami kemajuan yang pesat. Sedangkan yang sangat menonjol pada
masa perundagian ini adalah kepercayaan kepada arwah nenek moyang, karena
dipercaya sangat besar pengaruhnya terhadap perjalanan hidup manusia dan
masyarakatnya. Oleh karena itu, arwah nenek moyang harus diperhatikan dan
dipuaskan melalui upacara-upacara. Kehidupan dalam masyarakat masa perundagian
adalah hidup yang penuh rasa setia kawan. Perasaan solidaritas ini tertanam
dalam hati setiap orang sebagai warisan dari nenek moyang .
1.
Identifikasi jenis manusia purba
yang ada di Indonesia dengan yang ada di luar negeri !
Jawab :
1.
Jenis Manusia Purba yang ada di
Indonesia
Berikut adalah
beberapa jenis manusia purba yang fosilnya pernah ditemukan di Indonesia :
a. Meganthropus paleojavanicus
Meganthropus
paleojavanicus berasal dari kata-kata; Megan= besar, Anthropus= manusia, Paleo=
tua, Javanicus= dari Jawa. Jadi bisa disimpulkan bahwa Meganthropus
paleojavanicus adalah manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa. Fosil
manusia purba ini ditemukan di daerah Sangiran, Jawa tengah antara tahun
1936-1941 oleh seorang peneliti Belanda bernama Von Koeningswald. Fosil
tersebut tidak ditemukan dalam keadaan lengkap, melainkan hanya berupa beberapa
bagian tengkorak, rahang bawah, serta gigi-gigi yang telah lepas. Fosil yang
ditemukan di Sangiran ini diperkirakan telah berumur 1-2 Juta tahun.
Ciri-Ciri Meganthropus paleojavanicus :
·
Mempunyai
tonjolan tajam di belakang kepala.
·
Bertulang
pipi tebal dengan tonjolan kening yang mencolok.
·
Tidak
mempunyai dagu, sehingga lebih menyerupai kera.
·
Mempunyai
otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan kuat.
·
Makanannya
berupa tumbuh-tumbuhan.
b.
Pithecanthropus
Fosil manusia purba
jenis Pithecanthrophus adalah jenis fosil manusia purba yang paling banyak
ditemukan di Indonesia. Pithecanthropus sendiri berarti manusia kera yang
berjalan tegak. Paling tidak terdapat tiga jenis manusia Pithecanthropus yang
ditemukan di Indonesia, yaituPithecanthrophus erectus, Pithecanthropus
mojokertensis, dan Pithecanthropus soloensis.
Berdasarkan
pengukuran umur lapisan tanah, fosil Pithecanthropus yang ditemukan di
Indonesia mempunyai umur yang bervariasi, yaitu antara 30.000 sampai 1 juta
tahun yang lalu.
Tulang tengkorak Pithecanthropus erectus
|
Jenis-jenis
pithecanthropus :
1. Pithecanthropus erectus, ditemukan oleh Eugene Dubois pada
tahun 1891 di sekitar lembah sungai Bengawan Solo, Trinil, Jawa Tengah. Fosil
yang ditemukan berupa tulang rahang atas, tengkorak, dan tulang kaki.
2. Pithecanthropus mojokertensis, disebut juga dengan
Pithecanthropus robustus. Fosil manusia purba ini ditemukan oleh Von
Koeningswald pada tahun 1936 di Mojokerto, Jawa Timur. Fosil yang ditemukan
hanya berupa tulang tengkorak anak-anak.
3. Pithecanthropus soloensis, ditemukan di dua tempat terpisah
oleh Von Koeningswald dan Oppernoorth di Ngandong dan Sangiran antara tahun
1931-1933. Fosil yang ditemukan berupa tengkorak dan juga tulang kering.
Ciri-ciri Pithecanthropus
·
Memiliki
tinggi tubuh antara 165-180 cm.
·
Badan tegap,
namun tidak setegap Meganthrophus.
·
Volume otak
berkisar antara 750 – 1350 cc.
·
Tonjolan
kening tebal dan melintang sepanjang pelipis.
·
Hidung lebar
dan tidak berdagu.
·
Mempunyai
rahang yang kuat dan geraham yang besar.
·
Makanan
berupa tumbuhan dan daging hewan buruan.
c. Homo
Manusia purba dari
genus Homo adalah jenis manusia purba yang berumur paling muda, fosil manusia
purba jenis ini diperkirakan berasal dari 15.000-40.000 tahun SM. Dari volume
otaknya yang sudah menyerupai manusia modern, dapat diketahui bahwa manusia
purba ini sudah merupakan manusia (Homo) dan bukan lagi manusia kera
(Pithecanthrupus). Di Indonesia sendiri ditemukan tiga jenis manusia purba dari
genus Homo, antara lain Homo soloensis, Homo wajakensis, Homo floresiensis, Homo Mojokertensis,Homo
Robustus,Homo Sapiens,Homo Sapiens ada 2 yaitu : Homo Soloensis dan Homo
Wajakensis.
·
Homo soloensis, ditemukan oleh Von Koeningswald dan Weidenrich antara tahun
1931-1934 disekitar sungai bengawan solo. Fosil yang ditemukan hanya berupa
tulang tengkorak.
·
Homo wajakensis, ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889 di Wajak, Jawa Timur. Fosil
yang ditemukan berupa rahang bawah, tulang tengkorak, dan beberapa ruas tulang leher.
·
Homo floresiensis, ditemukan saat penggalian di Liang Bua, Flores oleh tim arkeologi
gabungan dari Puslitbang Arkeologi Nasional, Indonesia dan University of New
England, Australia pada tahun 2003. Saat dilakukan penggalian pada kedalaman
lima meter, ditemukan kerangka mirip manusia yang belum membatu (belum menjadi
fosil) dengan ukurannya yang sangat kerdil.
Manusia kerdil dari Flores ini diperkirakan hidup antara 94.000 dan 13.000
tahun SM.
· HomoMojokertensis
Kaum Homo Mojokertensis (manusia kera dari
Mojokerto)Fosilnya ditemukan di Perning (Mojokerto) Jawa Timur tahun 1936 - 1941.Fosil
kaum homo yang ini ditemukan Von Koenigswald..
·
Homo Robustus
Arti dari Robustus itu sendiri adalah manusia kera yang besar dan kuat tubuhnya ditemukan tahun 1936 di Sangiran lembah Sungai Bengawan Solo.Fosil kaum homo yang ini ditemukan Von Koenigswald.
Arti dari Robustus itu sendiri adalah manusia kera yang besar dan kuat tubuhnya ditemukan tahun 1936 di Sangiran lembah Sungai Bengawan Solo.Fosil kaum homo yang ini ditemukan Von Koenigswald.
·
Homo Sapiens
Jenis kaum homo yang ini telah memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang dan juga memiliki sifat seperti manusia sekarang tetapi masih memiliki Kehidupan yang sangat sederhana, dan tentunya hidup mengembara(nomaden). Jenis Kaum Homo sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2 yaitu:
- homo Soloensis
- homo sapiens wajakensis
·
Homo soloensis
Fosil Homo soloensis ditemukan di
Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung Macan, Sragen, oleh Ter Haar,
Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931—1933 dari lapisan Pleistosen
Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun
yang lalu. Volume otaknya mencapai 1300 cc.
Menurut Von Koenigswald makhluk ini lebih
tinggi tingkatannya dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus. Diperkirakan
makhluk ini merupakan evolusi dan Pithecanthropus Mojokertensis. Oleh sebagian
ahli, Homo Soloensis digolongkan dengan Homo Neanderthalensis yang merupakan
manusia purba jenis Homo Sapiens dari Asia, Eropa, dan Afrika berasal dari
lapisan Pleistosen Atas.
·
Homo Wajakensis
Fosil Homo wajakensis
ditemukan oleh Van Riestchoten pada tahun 1889 di desa Wajak, Tulungagung.
Fosil ini kemudian diteliti oleh Eugene Dubois. Temuan fosil ini merupakan
temuan fosil manusia purba pertama yang dilaporkan berasal dari Indonesia.
Fosil Homo Wajakensis mempunyai
tinggi badan sekitar 130—210 cm, dengan berat badan antara 30-150 kg. Volume
otaknya mencapai 1300 cc Manusia purba jenis ini hidup antara 40.000 —25.000
tahun yang lalu, pada lapisan Pleistosen Atas. Apabila dibandingkan jenis
sebelu mnya, Homo Wajakensis menunjukkan kemajuan.
Makanannya sudah dimasak
walaupun masih sangat sederhana. Tengkorak Homo Wajakensis memiliki banyak
persamaan dengan tengkorak penduduk asli Australia, Aborigin. Oleh karena itu,
Eugene Dubois menduga bahwa Homo WajakensIs termasuk dalam ras Australoide,
bernenek moyang Homo Soloensis dan menurunkan bangsa Aborigin. Fosil Homo
Wajakensis juga memiliki kesamaan dengan fosil manusia Niah di Serawak
Malaysia, manusia Tabon di Palawan, Filipina, dan fosil-fosil Australoid dari
Cina Selatan, dan Australia Selatan.
2. Jenis Manusia Purba yang ada di Luar Negeri
Fosil manusia purba selain ditemukan
di Indonesia, juga ditemukan di tempat-tempat lain yaitu Cina, Afrika, dan
Eropa.
Manusia purba di Cina
Manusia purba yang ditemukan di Cina
disebut Homo Pekinensis, yang berarti “manusia dari Peking” (sekarang
Beijing). Homo Pekinensis ditemukan di Gua Choukoutien sekitar 40 km dari
Peking. Fosil ini ditemukan oleh seorang sarjana dari Kanada bernama Devidson
Black. Berdasarkan penyelidikan, kerangka jenis manusia purba ini menyerupai
kerangka Pithecanthropus Erectus. Oleh karena itu, para ahli menyebutnya juga
dengan nama Pithecanthropus Pekinensis atau Sinanthropus Pekinensis yang
berarti “manusia kera dari Peking”.
Manusia purba di Afrika
Manusia purba yang ditemukan di
afrika disebut Homo Africanus yang berarti “manusia dari Afrika”. Fosilnya
ditemukan oleh Reymond Dart. Fosil ini ditemukan di dekat sebuah pertambangan
Taung Bostwana, tahun 1924. Setelah direkonstruksi ternyata membentuk kerangka
seorang anak yang berusia sekitar 5 sampai 6 tahun. Fosil ini di beri nama
Australopithecus Africanus, karena hampir mirip dengan penduduk asli Australia.
Selanjutnya, Robert Broom menemukan fosil serupa yang berupa tengkorak orang
dewasa di tempat yang sama.
Manusia purba di Eropa
Manusia purba yang ditemukan di
Eropa disebut Homo Neandherthalensis. Nama itu mengandung arti “manusia
Neanderthal”. Manusia jenis ini ditemukan oleh Rudolf Virchow di lembah
Neander, Dusseldorf, Jerman Barat tahun 1856. Selain di Jerman, juga ditemukan
di Gua Spy Belgia. Di Prancis ditemukan manusia purba yang disebut Homo Cro
Magnon.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa perbedaan antara jenis Pithecanthropus Erectus dengan Homo Sapiens. Kamu dapat melihat perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa perbedaan antara jenis Pithecanthropus Erectus dengan Homo Sapiens. Kamu dapat melihat perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut.
·
Ruang
tengkorak Pithecanthropus lebih kecil dibandingkan Homo Sapiens, sehingga
volume otaknya juga lebih kecil. Ruang tengkorak Pithecanthropus kurang dari
1000 cc, sedangkan ruang tengkorak Homo Sapiens lebih dari 1000 cc.
·
Tulang
kening Pithecanthropus lebih menonjol ke depan.
·
Tulang
rahang bawah Pithecanthropus lurus ke depan sehingga tidak berdagu, sedangkan
Homo sapiens berdagu.
·
Tulang
rahang dan gigi Pithecanthropus lebih besar dan kuat dari pada tulang rahang
Homo sapiens.
·
Tinggi dan
berat badan Homo Sapiens lebih besar yaitu 130-210 cm dan 30-150 kg.
Berikut adalah jenis manusia purba
yang ada di luar negeri :
1. Sinanthropus Pekninensis
Jenis – jenis manusia purba lengkap
- berdasarkan penemuanya fosil pithecanthropus pekinensis memiliki
persamaan dengan pithecanthropus erectus.Fosil ini ditemukan oleh prof.Davidson
black pada tahun 1927 di gua – gua dekat Chou – Kou – Tien, Peking.
2. Homo Africanus ( Homo Rhodesiensis )
Jenis – jenis manusia purba lengkap
- Ditemukan oleh Raymond Dart dan Robert brom pada tahun 1924 di goa
Broken hill,rhodesia ( zimbabwe )
3. Australopithecus Africanus
Jenis – jenis manusia purba lengkap
- Ditemukan oleh Raymond Dart pada tahun 1924 di Taung,dekat
Vryburg,Afrika Selatan
4. Homo Heidelbergensis
Jenis – jenis manusia purba lengkap
- Ditemukan oleh Dr.Schoetensack di Desa Maurer dekat kota Heidelberg (
jerman )
5. Homo Neanderthalensis
Jenis – jenis manusia purba lengkap
- Ditemukan oleh Rudolf Virchow dan Dr.Fulfrott di lembah sungai
Neander,dekat Duselldorf,jerman tahun 1956.Ciri -ciri manusia purba ini
mendekat ciri homo wajakensis.
6. Homo Cro Magnon ( Ras Cro – Magnon )
Jenis – jenis manusia purba lengkap
- Ditemukan oleh Lartet di gua Cro Magnon dekat Lez Eyzies sebelah barat
daya PERANCIS tahun 1868.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan berikan Komentar terbaik mu, boleh cantumkan link blog anda asalkan sesuai dengan topik materi