PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN (FISIKA)
SEBELUM MASA GALILEO
SEBELUM MASA GALILEO
Fisika sebelum masa Galileo dibagi atas tiga yaitu zaman Yunani Kuno, Alexandria dan Eropa Modern. Pada zaman Yunani Kuno filsafat diperkenalkan, terjadi perubahan pola pikir yang kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Pada zaman ini fisika disebut sebagai filsafat alam.
Filosof alam pertama zaman Yunani Kuno yang mengkaji tentang asal-usul alam adalah Thales (624-546 SM), Thales berpendapat bahwa segala sesuatu, baik yang ada di bumi maupun langit, berasal dari air. Air membeku menjadi tanah, melebur menjadi udara, inti dari udara menjadi asap, dan dari asap lahirlah langit. Bumi menurut Thales, terapung di atas air. Setelah itu Anaximandros (610-547 SM) murid Thales, yang menolak air sebagai unsur dasar, melainkan ia berpendapat bahwa segala sesuatu berasal dari zat khayal apeiron, dimana subtansi ini bersifat tek terbatas, abadi dan meliputi seluruh benda dan dunia. Anaximenes (585-526 SM) murid Anaximandros, yang menolak gagasan apeiron sebagai asal segala sesuatu, melainkan ia berpendapat bahwa segala sesuatu berasal dari pneuma, semacam udara yang kita hirup. Heraklitos (540-480 SM), menyatakan bahwa api adalah dasar segala sesuatu. Selain itu ia juga berpandangan bahwa di dalam dunia alamiah tidak ada yang sesuatu pun yang tetap. Parmenides (515-440 SM), bertolak belakang dengan Heraklitos, Parmenides berpendapat bahwa realitas merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah. Phytagoras (582-496 SM), Phytagoras berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama alam dan sekaligus menjadi ukuran. Unsur-unsur bilangan itu adalah genap dan ganjil, terbatas dan tidak terbatas. Jasa Phytagoras sangat besar dalam pengembangan ilmu, terutama ilmu pasti dan ilmu alam. Ilmu yang dikembangkan kemudian hari sampai hari ini sangat bergantung pada pendekatan matematika. Democritus (460-370 SM), dan gurunya, Leucippus disebut sebagai pemikir atomis. Atomisme mengatakan bahwa bagian terkecil dari suatu benda adalah atom, tidak dapat dibagi lagi. Empedocles (490-430 SM), ia berpendapat bahwa alam ini disusun dari empat rizomata (akar), yakni tanah, api, udara dan air. Socrates ( 470-399 SM), dikatakan telah memindahkan filsafat dari langit ke bumi. Ia mengarahkan objek pemikirannya pada manusia. Plato (422-347 SM) adalah murid Socrates yang menuliskan karya-karyanya dalam bentuk dialog dengan menempatkan gurunya sebagai tokoh utama. Lebih dalam Plato memperdalam gagasan tentang elemen-elemen penyusun benda. Menurutnya, elemen-elemen pembentuk benda memiliki suatu bentuk geometris yang sangat khas yang dikenal sebagai polihedron termasuk di dalamnya adalah kubus, tetrahedron, octahedron, dodecahedron dan icosahedron. Aristoteles (384-322 SM), yang menyatakan bahwa benda yang berat jika dijatuhkan dengan benda yang ringan akan bergerak lebih cepat daripada benda yang ringan. Pendapat tersebut tanpa adanya suatu percobaan terlebih dahulu sehingga ditantang habis-habisan oleh Galileo Galilei. Aristoteles menegaskan bahwa dunia tidak datang dari suatu titik, tetapi telah ada sebelumnya, tidak berubah, dan abadi. Ia juga yang mengatakan bahwa bumi adalah pusat dari tata surya (Geosentris).
Bersamaan dengan menjulangnya pemikiran Aristoteles, kebudayaan Yunani Kuno mulai memudar dan digantikan dengan kebudayaan Alexandria. Euclid (330-275 SM) merupakan pemikir pertama Alexandria. Ia tercatat sebagai peletak dasar ilmu ukur bidang yang diajarkan sampai hari ini. Archimedes (287-212 SM) yang memiliki penemuan-penemuan yang sangat menakjubkan dalam dunia fisika secara khusus dan dunia sains secara umum. Pengalaman “eureka” yang menuntunnya menemukan metode pengukuran massa jenis zat padat. Appollonius (262-190 SM) ia memberi rumusan dasar untuk memahami keempat garis lengkung irisan kerucut yang tampak pada tepikerucut. Claudius Ptolemaeus (100-170 M) ia mengamati perilaku cahaya dalam dua zat perantara yang berbeda, seperti dari udara ke air. Ia mengukur sudut datang, sudut pantul, maupun sudut bias. Sisem jagat raya Aristoeteles dimodifikasi oleh Hipparcus dan disempurnakan oleh Ptolemaeus.
Masuk pada zaman Eropa Modern yang kemudian karya-karya dari sebelumnya diambila alih oleh orang-orang islam pada saat menduduki Alexandria 642 M. Banyak ilmuan muslim yang mempunyai gagasan tentang ilmu alam, diantaranya Al-Khawarizmi (770-840 M) yang menulis buku tentang matematika, astronomi dan geografi. Dari namanya disebutlah istilah algoritama. Al-Jahiz (781-869 M) karya terpenting yang dimilikinya adalah Kitab Al-Hayawan, ensiklopedia tujuh volume yang menguraikan lebih dari 350 jenis hewan dan mengemukakan gagasan seleksi alam. Kemudian Al-Battani (sekitar 858 M) ia menentukan secara akurat kemiringan ekliptika dan panjangnya musim dan bahkan berhasil menemukan orbit Bulan dan planet. Peradaban islam berjaya sampai abad ke-15.
Pada 1542 M, setahun sebelum meninggal Nicolaus Copernicus (1473-1543 M) ia memublikasikan (Revolusi Bola-Bola Langit) yang mengemukakan pendangan baru tentang dunia, model heliosentris. Planet-planet mengelilingi matahari dalam lintasan lingkaran dan planet yang lebih lambat mempunyai orbit lebih jauh dari matahari. Masalah utama model Copernicus bukan pada keilmiahannya, tetapi model ini bertentangan dengan pandangan gereja yang menerima model Goesentris. Giordano Bruno (1548-1600 M) mendukung dan membela pandangan Copernicus. Thyco Brahe (1546-1601 M) adalah astronom yang banyak mencatat posisi dan lintasan planet-planet. Pada 1577, Thyco mengamati komet yang lebih jauh dari Venus dan bertentangan dengan Aristoteles , akan tetapi ia tidak menerima pandangan Copernicus. Johannes Kepler (1571-1630 M) yang menerima model Copernicus, kepler kemudian mengkaji data-data Thyco menggunakan model heliosentris sebagai hipotesis sampai akhirnya menemukan hukum pertama dan kedua orbit planet Kepler, 10 kemudian baru menemukan hukum ketiga Kepler. Sampai akhirnya lahir Galileo Galilei (1564-1642 M) yang membuktikan model Copernicus.
Daftar Pustaka
Purwanto, Agus. 2015. Nalar Ayat-Ayat Semesta. Bandung: Mizan
Purwanto, Agus. 2015. Nalar Ayat-Ayat Semesta. Bandung: Mizan
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan berikan Komentar terbaik mu, boleh cantumkan link blog anda asalkan sesuai dengan topik materi