RESENSI NOVEL A GOLDEN WEB
Perjuangan Perempuan Menggapai
Impian
Judul buku : A Golden
Web: (Kisah
Ahli Anatomi Perempuan Pertama di Dunia)
Penulis :
Barbara Quick
Penerbit :
Atria Jakarta
Cetakan :
1, 2011
Tebal :
272 halaman
Di sebuah gereja tua di kota Bologna, Italia, konon
tersimpan sebuah guci berisi abu yang merupakan sisa-sisa jasad seorang gadis
muda luar biasa. Dikatakan, ia adalah seorang perempuan muda dari Persiceto,
ahli dalam demonstrasi anatomi dan murid terbaik sang dokter yang paling
terkenal, Mondino de’Liuzzi. Dia meninggal pada usia 19 tahun, pada 26 Maret
1326 M, akibat kerja kerasnya demi membuktikan salah satu temuan paling
revolusioner dalm sejarah ilmu bedah dunia. Dialah Alessandra Gilliani, ahli
anatomi perempuan pertama di dunia. Dialah yang menyanggah pendapat Aristoteles
bahwa jantung terdiri dari 3 bilik, padahal ada 4 bilik (tepatnya 2 serambi dan
2 bilik).
Membayangkan adanya seorang wanita menjadi dokter
bedah di Eropa Abad Pertengahan berarti dia siap dipakar di tiang pancang
sebagai penyihir. Khalayak akan luar biasa terguncang dan sistem-sistem
penopang masyarakat bisa goyah. Dengan begiru ketatnya kontrol Gereja dan
monarkhi kerajaan yang didominasi oleh kaum pria, kaum wanita di Eropa kala itu
ibarat hanya dilahirkan untuk lahir, bermain, dan menikah. Sekolah dan
buku-buku seolah-olah hanyalah hak kaum pria. Begitu hebat dan kuatnya hal ini
ditekankan sehingga seorang gadis muda luar biasa cerdas seperti Alessandra
Gilliani pun harus berdandan seperti pria demi memenuhi takdirnya dalam sejarah
penemuan dunia.
Dikisahkan, Alessandra Gilliani adalah seorang gadis
cerdas anak dari seorang pemilik percetakan buku di Italia lama. Ia menemukan
bakatnya sebagai seorang pelajar sejati dengan melahap seluruh buku-buku yang ada
diperpustakaan ayahnya. Bakatnya semakin terfokus ke kedokteran ketika ia
berhasil menolong salah satu gurunya yang hampir tersedak hingga tewas. Dengan
santainya, dia menyuruh saudara laki-lakinya untuk menginjak dengan keras
bagian tertentu di sebelah atas perut gurunya, tepat di titik yang memungkinkan
untuk mengeluarkan makanan yang menyumbat jalan napasnya, sebelum kemudian dia
merogoh sendiri mulut si guru untuk mengeluarkan makanan yang mengancam jiwa
itu—tanpa rasa jijik. Saudara-saudaranya mungkin heran dan merasa Alessandra
mengerjakan sihir, tapi Alessandra Gilliani tahu bahwa ia melakukannya secara
ilmiah.
Baca : Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel Seoulmate
Mendekati usia 15 tahun, Alessandra Gilliani harus
menikah sebagaimana kebiasaan gadis-gadis muda di zaman itu. Ia pun memberontak
karena upaya pencarian ilmunya belum selesai. Dengan bekerja sama dengan
Nicco—kakak laki-lakinya, serta bantuan tak terduga dari Surga, Alessandra
nekat kabur ke Bologna, tempat berdirinya universitas tertua di Eropa. Tiga
tahun pembelajaran dilalui Alessandra dengan begitu ketat dan penus was-was. Ia
harus menyamar sebagai remaja pria, terpaksa membebat ketat miliknya yang
paling utama, agar pihak universitas dan teman-temannya tidak mengetahui bahwa
ia adalah seorang perempuan. Pembaca akan merasakan sendiri bagaimana serunya
petualangan Alessandra demi menjaga kerahasiaannya ini, kadang mengharukan,
menyedihkan, tapi sesekali seru dan lucu.
Sungguh, begitu sulitnya jalan yang harus ditempuh
Alessandra hanya untuk belajar. Begitu kerasnya kaum pria pada kaum wanita kala
itu. Namun, setiap kerja keras akan mendapatkan imbalan. Alessandra Gilliani
berhasil membuktikan dirinya sebagai mahasiswa (sebenarnya mahasiswi) paling
cerdas dan brilian di kota Bologna. Ia bahkan juga menemukan cinta sejatinya,
yang ternyata memang jodohnya. Buku ini diakhiri dengan demonstrasi anatomi
menakjubkan yang akan membuat dokter bedah kenamaan Abad Pertengahan pun
melongo.
Membaca A Golden Web, kita serasa
dibawa ke Abad Pertengahan dari mata seorang perempuan muda. Dengan sesekali
diselingi bumbu-bumbu percintaan khas anak muda, novel ini berupaya mengangkat
sosok yang selama ini mungkin dilupakan oleh sejarah dunia. Bahwa mungkin ada
seorang perempuan brilian di antara manusia-manusia era pra-Renaisance yang
didominasi cowok-cowok. Melalui Alessandra, penulis mengingatkan kembali
tentang peran Ibn al-Nafis, seorang cendekiawan yang hebat dalam bidang hukum,
kedokteran, filsafat di Damaskus sekitar tahun 1200-an. Sebelum tahun 1924,
dunia masih menanggap Michael Servertus sebagai penemu dari sistem sirkulasi
darah dari paru-paru ke jantung manusia pada abad ke-16, padahal Alessandra
Gilliani (yang hidup sekitar tahun 1400-an) sudah membuktikan hal ini
berdasarkan buku karya Ibn al-Nafis yang telah menemukan pertukaran darah
bersih dan darah kotor di paru-paru manusia sejak tahun 1288. Alessandra
Gilliani mungkin tokoh fiksi, atau mungkin juga tokoh yang memang benar2 ada
dalam sejarah, hal ini masih diperdebatkan. Namun, Ibn al-Nafis adalah tokoh
nyata yang benar-benar menginsiprasi Alessandra. Saya tutup resensi ini dengan
kebrilianan Alessandra saat mendemonstrasikan temuan anatomisnya di depan
khalayak:
“Saksikanlah, keindahan ciptaan Tuhan,” kata Alessandra Gilliani.
Walaupun berpakaian seperti Sandro (nama seorang pria), Tuhan dan beberapa
orang tahu siapa dia sebenarnya: seorang putri Hawa. Seorang perempuan. Dan
seorang cendekiawan. Saudari Ibn al-Nafis, Anak perempuan Mondino, Keturunan
Galen, Aristoteles, dan Avicenna (Ibnu Sina).
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan berikan Komentar terbaik mu, boleh cantumkan link blog anda asalkan sesuai dengan topik materi